“BRIGHT” Monumen Peninggalan Prof. Moerdiyanto

Awal berjumpa

Sekitarnya tahun 2013, waktu itu kalau tidak salah semester 3. Aku mengambil mata kuliah kewirausahaan. Pada waktu itulah secara resmi saya bertemu beliau di kelas. Mengenal beliau lebih dekat daripada hanya menghafal wajah beliau saat ospek pertengahan tahun 2012 lampau. Setidaknya saat di kelas itu aku tahu bahwa beliau adalah dosen FE yang mengajar kewirausahaan, dan nomor HP beliau.

Biasanya aku selalu mencatat nomor HP dan wejangan-wejangan kehidupan dari dosen-dosen yang mengajarku di saat kuliah. Aku masih berusaha mencari catatanku semester 3, apa yang dikatakan beliau kepada kami. Saya akan update tulisan ini kalau catatanku ketemu ya. Sementara ini, sumber satu-satunya tulisanku ini hanya ingatan dan kenangan tentang beliau.
Kuliah Kewirausahaan

3-4 an minggu awal perkuliahan, saya mengenal beliau sebagai Dosen yang mengajar kewirausahaan. Beliau lebih banyak cerita tentang kisah-kisah inspiratif dan banyak memberi wejangan daripada membahas modul kewirausahaan yang ditulis Prof. Renald Khasali dari Rumah Perubahan. Cerita yang paling aku ingat dari Prof Moerdiyanto adalah kisah hidupnya saat kecil menjual gula merah. Cerita tentang bagaimana pengalaman-pengalaman hidup beliau yang membentuk karakter beliau hingga saat itu.

Jujur, detail ceritanya aku lupa. Tapi cerita itu cukup menjadi motivasi buat urza semester 3. Mungkin karena saya dan Prof. Moerdiyanto berasal dari latar belakang yang hampir sama. Sama-sama anak ndeso, anak kampung, dan sama-sama ngganteng!! (tetapi masih ganteng saya dikit sih sebenernya :), maaf Prof :))

Cerita-cerita dan wejangan beliau di setiap perkuliahan membuat aku sadar bahwa Pak Mur bukanlah dosen rata-rata. Cara mengajarnya yang menyenangkan, selalu semangat, dan yang aku ingat, kami sekelas tidak pernah takut menunggu beliau rawuh, entah itu karna tugas atau karna yang lain, kami selalu menanti beliau rawuh masuk kelas, menunggu di belakang dekanat sayap barat. Cerita-cerita tersebut juga berhasil mengenalkan aku kepada Pak Mur yang seorang dosen menjadi Pak Mur sebagai seorang inspirator.

Kabar Kabur, Wakil Dekan hingga Founder UNY Hotel & UNYQUA

Aktif di Himpunan Mahasiswa Manajemen membuat aku punya banyak temen dan kenalan dari kakak angkatan. Enaknya punya temen kakak angkatan adalah selalu dapat info terupdate tentang gosip ter hot tentang kehidupan kampus dan dapan pelajaran sejarah masa lalu juga.

Baru pada penghujung semester 3, lewat gosip-gosip dan kabar-kabur itu pula aku tahu bahwa Pak Mur, yang awalnya dosen kami yang menjadi seorang inspirator bagi kelasku, Manajemen A2, ternyata beliau adalah seorang Wakil Dekan I Bidang Akademik dan seorang founder Fakultas Ekonomi dan Founder Jurusan Manajemen. Wah, tambah wah… Semakin aku sudah tidak bisa menganggap Pak Mur sebagai seorang inspirator lagi, tetapi aku sudah merasa seperti anaknya sendiri. (Dan sepertinya Pak Mur memang selalu memperlakukan kami selayaknya anak sendiri).

“Monumen BRIGHT”

Saya masih ingat sekali di pertemuan kelas kewirausaan yang terakhir bersama Prof Moer, beliau kembali mengingatkan: “Bahwa lulusan FE itu harus BRIGHT, B adalah bermoral”, sambil mengacungkan telunjuk kirinya dan menjelaskan kepada kami. “Dimanapun kita berada, moral adalah pegangan utama. Pandai tanpa moral itu tidak bagus”. Yang kedua R adalah Rasional, sebagai insan akademik yang terdidik, dalam berfikir kita harus rasional. Tidak mudah terbawa suasana dan emosi dalam mengambil keputusan! Yang ketiga I adalah Integritas, dimanapun kita berada, apapun yang kita kerjakan, selalu tunjukkan yang terbaik, jujur, dan selalu berusaha lebih baik. Yang keempat G adalah Gigih. Tidak mudah putus asa, selalu semangat dan positif thinking. Insya Allah kalau kita gigih, Allah akan membukakan jalan dan kita pasti sukses . Yang ke lima yaitu H adalah Humanis, bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan orang lain dengan baik. Dan yang terakhir ini adalah T yaitu Taqwa. Sebagai insan manusia ciptaan Allah, haruslah kita bertaqwa, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya agar selamat dunia dan akhirat. Sehingga setelah kita memiliki B-R-I-G-H-T tadi, insya Allah hidup kita akan “BRIGHT”, cerah, bagi kita sendiri, bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama sehingga insya Allah kita akan menjadi manusia yang menjadi rahmat bagi semesta alam.

Begitulah kurang lebih yang mampu aku ingat dari nasehat Prof. Moerdiyanto. Nasehat tersebut juga-lah yang menjadi jargon Fakultas Ekonomi. Setidaknya, nasehat itu berhasil berdiri di tengah otak dan hati manusia seperti aku ini.

Google Apps For Education (Unfinished Project)

Semester 5, sekitar bulan September (kalau tidak salah). Memang cukup lama aku tidak berinteraksi dengan Prof. Moerdiyanto, paling hanya bertegur sapa ketika bertemu di kantor dekanat. Ketika itu di acara Share n Care yang diselenggarakan BEM FE. Saat itu memang kami memberikan bebarapa saran kepada fakultas untuk pengembangan pembelajaran di FE, salah satu yang saya ajukan adalah penggunaan Google Apps For Educatin untuk mendukung interaksi dosen-mahasiswa-staff di FE. Ternyata usulan inilah yang membuat saya kembali sering berinteraksi dengan Prof. Moerdiyanto

Sekitar satu minggu setelah Share n Care, saya ke ruang Prof Moer untuk menyerahkan study kelayakan sesuai permintaan beliau. Kemudian kami berbincang cukup lama, hampir 1 jam di kantor. (Aku nggak nyangka aja ternyata itu pembicaraan kami yang hangat dan terakhir :’( ). Saat itu memang Prof Moer sangat tertarik sekali untuk segera mengimplementasikannya, beliau berencana untuk segera koordinasi dengan kepala PUSKOM. Seingat saya itulah kesimpulan pembicaraan kami.

Panti Rapih

Sekitar jam 5 sore tanggal 4 Desember 2014 (Saya ingat betul tanggalnya karena setelah aku menjenguk beliau sakit di Rs. Panti Rapih, aku ngetwit lewat akun @himamanuny dan twitnya masih ada) , aku bareng rombongan ketua Ormawa lain menjenguk beliau di Rs. Panti Rapih, kebetulan saat itu di sana sudah ada beberapa alumni yang baru lulus diwisuda dan ada ketua jurusan kami Bp. Setyabudi dan beberapa dosen yang lain. Memang aku sudah mendengar kabar Prof Moer di rawat di RS bebrapa hari sebelumnya, tetapi baru tanggal 4 Desember itu kami bisa menjenguk.

Jujur, aku seneng banget (tentu yang ada disitu juga senang) saat melihat kondisi Prof Moer yang sudah “seger”. Bahkan sudah bisa bercanda dengan temen-temen yang hadir di situ. Karena memang banyak yang ada di ruang rawat, aku hanya sempat bersalaman saat datang, dan mengucapakan “semoga lekas pulih pak” sekaligus pamit pulang. (Ternyata gak disangka lagi ini jabat tangan yang terakhir dengan beliau :'( )

Kabar Malam 11.02

Kamis, 11 Desember 2014. Sepulang dari kampus, seingatku hari itu aku pulang jam 9 lebih. Seperti biasa, langsung lepas baju, rebahan di kasur depan TV dan udah nggak sadar aja. Sekitar jam 11 lebih dikit  nggak tau kenapa aku bangun. Seperti kamu juga, ritual bangun tidur adalah melihat hp, aku juga. Dan kagetlah ada 150an message WA dari 15 orang dan grup yang memberikan kabar bahwa teladan kami Prof. Moerdiyanto meninggal, belum lagi yang BBM dan SMS. Aku nggak percaya sampai aku baca message dari ibu Arum yang memberikan kabar yang sama.

Ya kalian bisa bayangin aja, waktu bangun, nyawa belum terkumpul semua langsung denger kabar kayak itu langsung ngeblank. Begitu paniknya langsung aku konfirm kabar ke hampir semua orang yang ngasih kabar lelayu itu. Hingga menjelang jam 01.00 ibu Arum balas WA, barulah aku bener-bener percaya, dan harus legowo bahwa salah satu inspirator yang setiap hari berada dekat berpulang.

Saat rasa syukur harus bersahabat dengan kehilangan

Memang benar dan terbukti di depan mataku kata orang-orang bijak itu. Kalau kamu mau jadi baik, berkumpulan dengan orang baik. Orang baik itu seperti parfum, kalau kamu deket-deket, kamu akan “ketularan” bau harumnya. Hingga selesai pemakaman beliau di wates, aku bisa menganalogikan bahwa Prof. Moerdiyanto itu seperti parfum yang sangat wangi dan baunya membuat nyaman yang di simpan di botol kaca. Setiap hari beliau menyemprotkan bau bau harum itu kepada siapa saja di dekatnya, bahkan ketika beliau meninggal, ketika botolnya pecah, tumpahlah parfum itu dan mewangi’i saentro sudut-sudut yang bernah bersinggungan dengan beliau.

Bagaimana seorang anak dari gunung kulon progo berhasil menjadi “orang” yang bukan sekedar orang, menjadi inspirator dan motivator untuk ratusan mungkin ribuan dan akan terus bertambah, berhasil sukses dunia akhirat dengan kekuatannya dan usahanya sendiri. Hingga saat pelepasan di rektorat ramainya orang yang menghantarkan beliau hampir sama dengan saat upacara kemerdekaan, itulah bukti yang cukup bahwa Prof. Moer, adalah orang yang selalu membuat nyaman orang-orang disekitarnya.

Dari situ, aku harus bersyukur, bahwa dalam hidupku, aku sempat dipertemukan dengan sosok Prof. Moerdiyanto yang menginspirasi oleh Allah, namun di sisi lain, aku harus belajar ikhlas, dan belajar terbiasa saat terbayang beliau ketika aku harus lewat di depan ruangnya di Gd. Dekanat Lt2.

Semoga Prof. Moer Khusnul Khotimah.

by Urza Rumpoko
http://urzarumpoko.blogspot.com/2014/12/bright-monumen-peninggalan-prof....
Mhs Manajemen Angkatan 2012
ketua Hima Manajeme 2014